Tuesday 10 March 2015

Tri Setyo Budiman, Wirausahawan Sukses Berkat Bakso Ino






Tri Setyo Budiman adalah seorang wirausahawan sukses asal Madura yang lahir pada 24 Juli 1961. Ia adalah seorang sarjana teknik kimia lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) tetapi lebih memilih untuk terjun di dunia wirausaha dengan membuka gerai bakso yang ia namakan “Bakso Ino”.
Pria berumur 51 tahun ini sebenarnya memiliki jabatan yang cukup tinggi saat ia menjadi karyawan di sebuah perusahaan asal Amerika Serikat, yaitu “William Russel Grace Company”. Tri merupakan seorang manajer pemasaran yang kala itu digaji cukup besar dan mendapat beberapa fasilitas seperti tunjangan rumah dan mobil dinas. Tapi, ia malah memutuskan untuk pensiun dini dari perusahaan tersebut dan terjun ke dunia wirausaha yang mana harus ia bangun dari nol lagi.
Berbekal uang pensiun dari perusahaan, Tri kemudian membuat sebuah gerobak bakso. Hal yang mengundang simpati sekaligus menggelitik adalah, saat ia mencoba menyalakan api dari kompor, gerobaknya ludes terbakar. Dengan tidak menyerah, ia membuat satu gerobak lagi dan lantas ia gunakan untuk berdagang bakso keliling.
Hanya selang beberapa waktu kerja kerasnya membuahkan hasil, baksonya laris manis, sehingga Tri membuka outlet bakso pertamanya yang terletak di garasi rumahnya. Nama “Ino” yang dijadikan sebagai brand sendiri merupakan nama panggilan dari anaknya, Platinum. Tak lama setelah berdiri 1 outlet, Tri kembali mampu membuka beberapa cabang lagi.
Tapi, ditengah karir usaha yang menanjak, pria bertubuh tinggi ini beberapa kali harus merasakan resiko pahitnya menjalankan roda bisnis. Seperti beberapa gerai yang harus ditutup karena kesalahannya dalam pemilihan lokasi bisnis. Akibatnya, ditahun 2001 Tri harus merugi 500 juta rupiah. Belum lagi ketidakcermatan menghitung biaya operasional membuatnya gagal meraih pendapatan yang sesuai perkiraan. Kerugian ini terjadi di beberapa gerainya yang berada di mall. Kerugian itu sendiri tak tanggung-tanggung, yaitu sebesar 750 juta rupiah.
tri setyo budimanBelajar dari beberapa kesalahan, Tri terus melakukan pembenahan pada manajemen PT Perdana Putra Utama, yang merupakan pengelola merek Bakso Ino. Dari waktu ke waktu, Bakso Ino terus menunjukkan eksistensinya yang mana puluhan gerai sudah berdiri di beberapa kota di Indonesia. saat ditanya siapa inspirasi utamanya dalam menjadi wirausaha, pria yang dikaruniai 3 orang anak ini menjawab ayahnya. Alasannya adalah, ayahnya juga seorang wirausahawan yang mana tak kenal lelah dalam menafkahi 9 orang anaknya termasuk Tri. Kini pak Tri telah menikmati hasil jerih payah dan kerja kerasnya dan mengelola usahanya yang terus berkembang.

Apa yang bisa kita pelajari dari kisah sukses pak Tri diatas? Jawabnya banyak!, pertama yang langsung terlintas di pikiran saya adalah perkataan Bob Sadino, kalau tidak salah kira-kira “Berusaha saja dulu, jangan banyak mikir”.
Kisah pak Tri diatas kalau boleh saya disimpulkan adalah sebuah contoh implementasi dari perkataan Bob Sadino, coba bayangkan seandainya pak Tri masih mikir-mikir, tentu perjalanan usahanya belum tentu sesukses sekarang. Kebanyakan para pemula dalam dunia wirausaha membutuhkan waktu lama untuk pikir-pikir dan mencari-cari usaha apa yang pas, yang cocok dan ideal dengan dirinya. Kita mencari sesuatu yang cocok dengan kita, berbeda dengan pak Tri misalnya yang melakukan sebaliknya yaitu, mencocokkan dirinya dengan bidang pilihannya yaitu menjual bakso.
Lalu jika anda berpikir soal bakso, siapa yang belum tahu makanan ini? apa yang membedakan bakso pak Tri dengan jualan abang bakso yang ada disekitar kita? Itulah harga sebuah produk. Kita sering bingung bagaimana menghargai sebuah produk. Kita sering dibuat keheranan bagaimana produk yang sama bisa terjual dengan harga yang berbeda. Bahkan anehnya produk yang harganya lebih mahal itu justru lebih laris daripada yang dijual murah.
Ambil contoh, Sebuah kain tanpa kemasan, tertumpuk begitu saja dan pembeli bebas mengobrak-abrik tatanannya harganya mungkin hanya 10-15ribu saja. Sedangkan jika dikemas dalam kemasan box yang rapi, harganya bisa naik menjadi 25 ribu. Sementara jika kain yang sama persis lalu dijual dengan lipatan yang diatur sedemikian rupa sehingga mirip bunga lalu dimasukkan dalam box mica transparant dengan pita cantik, harganya mungkin bisa menembus 100 ribu.
Rahasianya adalah soal kemasan. pak Tri sukses mengemas dan ‘mengangkat derajat’ bakso keliling yang biasa kita santap dari abang tukang bakso menjadi sebuah primadona baru dalam dunia wisata kuliner. Semoga kisah ini dapat menginspirasi kita untuk lebih berani ber-wirausaha dan sukses.

No comments:

Post a Comment